Agaknya aneh jika ada orang yang kepengen kepalanya pusing. Lebih aneh lagi kalau orang itu kepengen perutnya mual-mual. Begitulah jika kita memutar-mutar tubuh kita. Kepala akan menjadi pusing dan pengen muntah. Namun hal itu malah dilakukan oleh sebagian santri-santri Ma’had Aly. Disela-sela kegiatan mereka yang “super sibuk”, mereka menyempatkan belajar tari sufi.
Tari sufi atau whirling dance adalah karya seorang sufis dari Turki, Jalaludin Rumi. Tari ini merupakan bentuk ekspresi dari rasa cinta, kasih dan sayang seorang hamba kepada Allah Swt dan Rasul Allah Nabi Muhammad saw.
Gerakan tubuh yang memutar berlawanan arah dengan jarum jam, merupakan bentuk penyatuan diri dengan Sang Pencipta. Umumnya tarian sufi dilakukan pria Turki secara berkelompok, sebagai ekspresi seorang pencari Tuhan saat bertemu dengan sang kekasih yang maha suci dan ketika merasakan kasih meletup-letup dari dalamnya perasaan dan ditransfer menjadi energi gerak dalam bentuk tari.
Ketika penari melakukan tarian dengan cara berputar, semakin lama putaran semakin cepat dan penari mengalami ekstase. Kalangan sufi memahami keadaan ekstase tersebut sebagai tingkat pencapaian perasaan penyatuan dengan Tuhan. Gerakan tari yang tercipta diyakini bukan dari diri si penari tetapi berasal dari kelembutan jiwa yang berserah diri pada Sang Pencipta.
Latihan tari sufi dibimbing langsung oleh ahlinya, Dahrul Muftadin, Alumnus Program Kader Ulama S2. Mahasiswa yang pernah menampilkan tarian sufi saat penutupan Bahtsul Masail Regional ini bahkan bisa menari lebih dari 20 menit non-stop.
“Saat melakukan putaran, usahakan pikiran fokus dan menyatukan hati dengan pikiran. Tarian sufi hampir sama dengan praktik meditasi.” Ucap Muftadin
“Tarian sufi tidak hanya sekedar ajang berdzikir dan seni, bahkan bisa menyehatkan tubuh dan menyeimbangkan antara otak kanan dan otak kiri.” Kata alumnus PKU yang berasal dari Pekalongan
Pada awal latihan banyak santri Ma’had Aly yang mual-mual dan pusing. Agar pandangan fokus pada satu titik saat berputar, mereka mengakali dengan melihat telapak tangan mereka. Mereka masih sulit jika menyatukan hati dan pikiran.
Latihan tersebut juga disaksikan langsung oleh KHR. Azaim Ibrahimy di depan pendopo pengasuh. Beliau menekankan, tarian tersebut jangan hanya sekedar seni, tetapi harus disertai dzikir.
Menurut dosen Abd. Jalal, salah satu gurunya malah sengaja berputar tiap malam agar ia muntah. Dengan muntah, banyak sekali racun-racun yang keluar dari tubuh.
karya : mahad-aly.sukorejo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar