Sabtu, 13 Juni 2015

Kesenian Tradisional Korea

posthing of Korean Cultural Center Indonesia  
<<Before
Seni Lukis
Walupun pelukis-pelukis Korea menunjukkan tingkat keterampilan tertentu yang terakumulasi sejak masa Tiga Kerajaan, sebagian besar lukisan yang dibuat telah musnah karena dilukis di atas kertas. Akibatnya, hanya mungkin bagi kita untuk mengapresiasi lukisan-lukisan dari masa itu dengan jumlah sangat terbatas, seperti misalnya lukisan-lukisan pada dinding makam.

Selain lukisan-lukisan dinding Goguryeo, ubin-ubin lanskap Baekje dan Lukisan Kuda Terbang dari Kerajaan Silla menjadi bukti kekhasan dan kualitas lukisanlukisan dari masa Tiga Kerajaan. Karya-karya ini menunjukkan garis-garis penuh energi dan berani serta komposisi yang sangat teratur, yang merupakan ciri-ciri khusus periode ini.

Hanya sedikit lukisan Kerajaan Silla Bersatu yang tersisa. Meski demikian, ilustrasi ajaran - ajaran Avatamsaka yang dilukis menjadi saksi meningkatnya kualitas lukisan pada periode ini. Garis-garis yang sangat halus dan hidup menjadi ciri lukisanlukisan ilustrasi ini.

Baik lukisan-lukisan dekoratif maupun lukisan-lukisan agama Budha mencapai puncaknya pada masa Dinasti Goryeo. Dalam periode ini, bermacam jenis lukisan dibuat. Lukisan-lukisan dari periode ini yang masih ada sampai sekarang terutama lukisan-lukisan agama Budha dari abad ke-13 dan 14.

Sansumunjeon Ubin dari tanah liat dengan pahatan lanskap pada relief dari Kerajaan Baekje.

Gambar-gambar pada dinding Muyongchong (Makam Para Penari) dari Kerajaan Goguryeo

Geumgangsan-do Pemandangan Panoramik Gunung Geumgang oleh seniman dari Dinasti Joseon Jeong Seon
Ciri-ciri utama lukisan-lukisan ini meliputi sikap badan yang elegan, lipatan-lipatan baju yang halus dan indah dengan warna-warna lebih lembut, yang kesemuanya menunjukkan sedang berkembangnya ajaran agama Budha dalam kurun waktu ini.

Prestasi terbesar dalam seni lukis Korea terjadi pada periode Dinasti Joseon. Para pelukis profesional yang terlatih serta para seniman terpelajar memainkan peran utama dalam perkembangan seni lukis Korea. Secara khusus, pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan perkembangan ideologi pada abad ke-18 berperan sebagai faktor pendorong bagi semakin dominannya gaya seni lukis Korea yang khas.

Kecenderungan ini bisa dilihat pada lukisan-lukisan lanskap dengan tema-tema sekuler. Jeong Seon (1676 – 1758) dan Kim Hong-do (1745 – 1816) dianggap sebagai dua pelukis utama pada periode ini. Jeong Seon mengisi kanvasnya dengan pemandangan indah gunung-gunung di Korea berdasarkan gaya lukis Aliran Selatan dari Cina, sehingga ia mampu menciptakan gaya lukis Korea yang khas. Ia telah memberikan pengaruh pada seniman Korea mana pun dalam perkembangan selera seni kaum terpelajar pada masanya, dan hal ini terus berlanjut sampai sekarang. Salah satu mahakaryanya adalah ”Pemandangan Panoramik Pegunungan Geumgang.”

Sementara itu, lukisan-lukisan Kim Hongdo sangat dihargai karena ia mampu menangkap kehidupan sederhana para petani, pengrajin, dan pedagang. Penggambarannya yang seksama namun penuh humor sangatlah menonjol. Pada tahun-tahun terakhir Dinasti Joseon, gaya-gaya seni lukis Korea semakin berkembang. Para pelukis yang tidak memperoleh latihan sebelumnya justru muncul sebagai penghasil lukisan-lukisan rakyat yang sangat aktif, dengan konsumen yang juga berasal dari rakyat biasa. Lukisanlukisan rakyat ini menampilkan penggunaan warna-warna cerah yang bebas serta disain yang disederhanakan dan telah distilisasi atau tidak menggunakan bentuk-bentuk natural.

Menyusul aneksasi paksa Korea oleh Jepang pada tahun 1910, gaya seni lukis tradisional lama-lama semakin tergeser oleh gaya seni lukis menggunakan cat minyak, yang mulai dikenal pada periode ini dan menjadi populer. Setelah Korea bebas dari penjajahan Jepang pada tahun 1945, gaya seni lukis tradisional Korea dihidupkan kembali oleh sejumlah seniman terkemuka.

Pada saat yang sama, banyak seniman Korea memperoleh pendidikan di Eropa dan Amerika Serikat yang membuat negara kelahiran mereka tetap bisa mengikuti perkembangan kontemporer seni lukis di luar Korea.

"Burung Magpie dan Macan" sebuah tema populer pada lukisan rakyat
Pada 1950-an, institusi milik pemerintah, Lembaga Eksibisi Nasional (National Exhibition)memainkan peran penting dalam memajukan kesenian Korea. Lembaga Eksibisi Nasional memiliki atmosfir yang agak formal dan akademis serta cenderung memilih karya-karya yang bersifat realistis. Dengan demikian, seniman-seniman muda yang mengejar kreatifitas dalam karya-karya mereka mencari suatu bentuk kesenian yang sesuai dengan jaman yang baru. Dimulai pada akhir era 1960-an, seni lukis modern Korea mulai mengubah arah menuju abstraksi eometris. Seniman-seniman lain memiliki minat besar pada tema-tema yang mengungkapkan kesatuan alami antara manusia dan alam.

Lukisan-lukisan Korea pada era 1980-an sebagian besar merupakan reaksi terhadap modernisme era 1970-an. Dalam periode ini, para seniman memiliki pendirian teguh bahwa seni seharusnya menyampaikan pesan berkaitan dengan masalah-masalah sosial pada masa itu. Sejak saat itu, telah ada minat pada isu-isu modernisme dan pos-modernisme.

Pada tahun 1995, Bienalle Internasional Gwangju diselenggarakan. Peristiwa ini memberikan kesempatan bagi seniman-seniman modern Korea untuk berkumpul bersama tokoh-tokoh utama dari dunia kesenian internasional. Seni video Paik Nam-june merupakan salah satu pameran yang paling terkemuka.

“Ssireum” (Pertandingan Gulat Korea) karya Kim Hong-do, seorang seniman dari Dinasti Joseon.

“Peta Amerika Serikat” karya seniman video ternama Paik Nam-june, yang dipamerkan di Museum Smithsonian, Washington D.C.
Kini, baik gaya seni lukis tradisional maupun Barat samasama diajarkan dan dipelajari di Korea sehingga menjadi salah satu masyarakat seni yang paling memiliki keterampilan beragam di dunia. Banyak pelukis-pelukis Korea aktif berkarya di New York, Paris, dan pusat-pusat seni kontemporer yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar